Selasa, 16 April 2013

PERKEMBANGAN DANAU TONDANO



  •  Aspek Kedalaman Air Danau


Dari berbagai sumber Daerah Aliran Sungai (DAS) Danau Tondano memiliki manfaat besar pada upaya pemenuhan kebutuhan manusia, seperti sumber air bersih melalui PDAM ke Kota Manado sebanyak 25.296 pelanggan. Kemudian sumber distribusi listrik PLTA Tonsea Lama sekitar 14,4 Megawatt (MW), PLTA Tanggari Satu 18 MW, PLTA Tanggari II 19 MW, PLTA Sawangan 16 MW. Di sektor perikanan ada produksi ikan sekitar 534 ton. Bahkan bisa menyuplai air ke 3.000 hektar sawah padi diseputaran danau tersebut serta bisa dimanfaatkan pada sektor wisata.
Namun demikian fungsi yang dwemikian besar tersebut, saat ini menjadi terancam akibat berbagai masalah yang dialami danau Tondano. Salah satu persoalan yng mengemukam saat ini adalah pendangkalan danau Tondano.
Dari berbagai sumber,  penurunan kedalaman danau Tondano dapat dilihat di bawah ini.
Tahun
Kedalaman Maksimal
Analisis penurunan
1934
40 m
·         Tahun 1934-1974:
Selama 40 tahun  , penurunan sebesar 12 m. Berarti rata-rata penurunan per tahun adalah = 12 m / 40 thn = 0,3 m (30 cm);  atau penurunan setiap 10 tahun = 12/4 = 3 m.
·        - Tahun 1974-1983
Selama 9 tahun, penurunan sebesar 1 m. Rata-rata penurunan per tahun= 0,11 m (11 cm)
·        - Tahun 1983-1987
Dalam kurun waktu 4 tahun  terjadi penurunan 7 m atau  penurunan per thn = 1,75 m (175 cm)
·        - Tahun 1987-1992
Dalam kurun waktu 5 tahun, terjadi penurunan 4 m. Penurunan per tahun = 0,8 m (80cm)
·        - Tahun 1992-1996
Dalam 4  tahun, penurunan hanya 1 m. Per tahun = 0,25 m/thn (25 cm)

1974

28m

1983

27 m

1987

20 m

1992

16 m

1996

15 m




Grafik Penurunan Kedalaman Air Danau Tondano
PERUBAHAN KEDALAMAN D. TONDANO.png

Tampak bahwa ada perbedaan rentang penurunan kedalaman pada setiap masa. Diduga hal ini disebabkan oleh faktor pemanfaatan ruang dan manajemen ekosistem. Misalnya dipengaruhi oleh berkurangnya luas hutan, masa budidaya cengkih dan masa keemasannya di tahun 1970-an sampai 1980-an. Juga ketika tanaman ini mulai dibiarkan tak terawat disaat harganya anjlok. Pada era 1995 ke atas pengaruh penting lainnya adalah pemeliharaan ikan dengan sistem keramba kemudian jaring tancap yang memproduksi sedimen dari cangkang moluska (jenis renga, kelombi dll).

Jika  dihitung dari data awal yang ada yaitu tahun 1934(40m)  hingga data terakhir tahun 1996 (15m), maka penurunan selama 52 tahun sebesar 25 m, atau rata-rata penurunan per tahun adalah 25 m/ 52 thn = 0,48 m atau 48 cm.

Yang perlu diperhatikan adalah pada tahun 1996, kehadiran gulma air Eceng Gondok (Eichornia crassipes) belum seperti sekarang ini. Artinya capaian kedalaman 15 m waktu itu belum terlalu dipengaruhi oleh pertumbuhan eceng gondok. Nah, jika kedalaman saat ini setelah 15 tahun dari 1996 telah banyak dipengaruhi oleh eceng gondok, bisa saja penurunan kedalaman per tahun bukan hanya  48 cm tetapi lebih dari itu.

Jika pun faktor eceng gondok kita abaikan, dengan mengambil perhitungan penurunan kedalaman  48 cm / tahun maka penurunan kedalaman danau tahun 2011 (15 tahun setelah 1996) dapat diprediksi menjadi 15 thn  x 48 cm = 720 cm atau 7,20 m. Ini berarti kedalaman danau diprediksi telah berkurang 7,2 m dan tertinggal berkisar pada angka 7,8 m . Berapa lama lagi waktu yang diperlukan untuk menghapus danau Tondano yang dalamnya tinggal 7,8 m itu dari peta .
Jika penurunannya tetap 0,48 m per tahun, maka waktu yang dibutuhkan tinggal 16 ¼  tahun dari sekarang. Berarti prediksi matematis ini, memprediksi bahwa pada tahun  2027  kedalaman danau tinggal 0 m dan danau tondano bukan lagi danau, tetapi berubah wujud menjadi rawa bahkan daratan.




  •   Aspek Luas Permukaan Air Danau
Danau Tondano sebagai aset wilayah yang penting dan strategis tersebut dilaporkan telah mengalami penyempitan secara terus menerus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1939 luas danau diperkirakan 5.600 ha, dan menjadi 4.800 ha pada tahun 1992.
Itu berarti  selama periode tersebut rata-rata penyempitan danau per tahun seluas 15,09 ha.
Dipihak lain data mengenai luas Danau Tondano hasil perhitungan JICA (2001) menyebutkan luas danau 4.638 ha, bahkan Biro Pusat Statistik Minahasa (2002) menyebutkan luas danau tinggal 4.278 ha,  yang berarti selama sembilan tahun  (1992 – 2001) mengalami penyusutan seluas 162 ha atau 18 ha/tahun.




Tabel Perubahan luas permukaan air Danau Tondano tahun 1990 – 2011
Tahun









1990
2000
2003
2011
Luas (Km2) dengan vegetasi air
46,51
46,65
46,87
46,70


Berdasarkan hasil pemantauan diketahui bahwa bentuk dan luas permukaan air Danau sebesar 46-47 km2. Sebaran vegetasi air tidak teridentifikasi pada tahun 1990 dan 2001, tapi mulai terlihat berkembang di wilayah outlet (bagian atas) danau pada tahun 2003 dan semakin menyebar di wilayah inlet danau dan perairan pinggir danau yang merupakan lokasi keramba budidaya pada tahun 2011.








ΓΌ Aspek Kualitas Air
Berdasarkan tingkat kesuburan, danau Tondano termasuk mesotrophik, namun demikian permasalahan lingkungan yang terdapat di danau Tondano dan Daerah Aliran Sungai-nya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan pemupukan di persawahan yang berlebihan, peternakan itik, limbah rumah tangga (detergent, kotoran manusia) perikanan tancap yang mencapai kurang lebih 7000 unit memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan konsentrasi bahan organik  yang masuk ke danau Tondano.
Limbah rumah tangga termasuk pemasok bahan organik yang cukup besar di perairan danau karena masyarakat yang tinggal di sekitar danau Tondano tidak menyediakan septik tank yang memadai             sehingga kotoran terbuang langsung di perairan danau. Hal ini merupakan salah satu penyebab kesuburan air danau Tondano semakin meningkat yang menurunkan kualitas air danau. Penurunan kualitas air danau juga disebabkan oleh masuknya residu pestisida akibat dari pemakaian untuk memberantas hama keong emas di areal persawahan dan terbawa oleh aliran air permukaan masuk ke dalam danau Tondano.
Nitrogen dan Posphat merupakan unsur nutrient di dalam air yang mempengaruhi kehidupan baik plankton maupun gulma air (eceng gondok) Konsentrasi kadar nitrogen total danau Tondano adalah 54 ug/L, phosphat total 10ug/L. Suburnya air danau menyebabkan pertumbuhan eceng gondok sangat baik. Saat ini pertumbuhan eceng gondok menutupi lebih kurang 20% dari luasan danau yang terkonsentrasi di daerah sekitar pemukiman penduduk dan perikanan tancap.
Meningkatnya pertumbuhan tanaman air lama kelamaan akan mengakibatkan peningkatan kondisi trofik secara cepat. Keberadaan tanaman eceng gondok sangat efektif dalam mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air dan akan membawa perkembangan fisik pada area yang bersangkutan. Eceng gondok, tanaman lain serta fauna yang mati akan menjadi sedimen, makin lama makin stabil dan menjadi padat. Jika hal tersebut diatas tidak dikendalikan, maka kondisi trofik danau Tondano akan segera mencapai distrofik atau kehilangan ekosistem danau (suksesi ekosistem danau). Selain menurunkan kualitas perairan danau Tondano, pertumbuhan eceng gondok telah menjadi masalah bagi kegiatan PLTA dan mengganggu lalu lintas air danau ke outlet.
Ditinjau dari sudut pandang lain, eceng gondok bukan merupakan masalah tetapi merupakan potensi karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan untuk kebutuhan rumah tangga seperti meja,kursi, sepatu, sandal dll. Selain itu eceng gondok merupakan bahan organik yang berpotensi dijadikan pupuk organik.
Gambaran tentang kualitas air Danau Tondano dari beberapa penelitian sebagai terlihat dalam tabel berikut (Wantasen, 2003) .
No.
Jenis Unsur
Total Kandungan
Baku Mutu Air
1
Amoniak pada pemukaan
0,85 – 1,250 ppm
Baku mutu  PP 20 Thn 1990 golongan C :  0,02 ppm
2
Residu pestisida
0,05 – 15,68 ppm
Baku mutu PP 20 Thn 1990 golongan C : 0,1 ppm
3
Total coliform
3,0 – 46.000 sel/100 ml
Baku mutu PP 20 Thn 1990 golongan C : 10.000 sel/100 ml

Laporan yang sama juga menyebutkan terjadinya peningkatan posfat dari 0,086 – 0,098 ppm (tahun 1995) menjadi 0,53 – 0,79 ppm (tahun 2000), dan Nitrat dari 0,010 – 0,070 ppm (tahun 1995) menjadi 0,56 – 0,85 ppm (tahun 2000). Data tersebut mengarah pada kekuatiran terjadinya peningkatan eutrofikasi danau, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pendangkalan danau.
            Berbagai faktor penyebab menurunya kualitas dan kuantitas air Danau  Tondano sangat berhubungan erat dengan perubahan ekosistem pada catchment area danau tersebut, seperti  berkurangnya areal hutan, peningkatan aktivitas pertanian, dan pertumbuhan pemukiman, yang secara bersama-sama menyebabkan peningkatan laju erosi dan suspensi air sungai.  Selain faktor tersebut di atas, penurunan kualitas dan kuantitas air Danau Tondano juga disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di danau tersebut, seperti budidaya ikan jaring apung dan kegiatan pariwisata yang tidak ramah lingkungan.


REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar